Budaya ilmu adalah budaya yang menekankan pentingnya mencari dan menyebarkan pengetahuan serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Budaya ilmu sangat penting untuk ditanamkan pada santri, terutama karena santri adalah generasi penerus yang akan mewarisi dan menjalankan peran penting dalam masyarakat.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan budaya ilmu santri:
Pertama, Menyediakan akses yang mudah ke sumber-sumber ilmu: Santri perlu diberikan akses yang mudah ke sumber-sumber ilmu yang berkualitas, seperti buku-buku, jurnal, atau sumber-sumber online yang bermanfaat. Dengan demikian, santri akan lebih tertarik untuk membaca dan memperdalam pengetahuan mereka.
Kedua, Mendorong santri untuk terus belajar: Santri perlu diberikan dorongan dan motivasi untuk terus belajar dan mencari ilmu baru. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, seperti lomba menulis, debat ilmiah, atau kegiatan-kegiatan lain yang dapat mendorong santri untuk terus belajar dan mencari ilmu baru.
Ketiga, Menanamkan sikap disiplin dan tanggung jawab: Budaya ilmu tidak dapat ditanamkan tanpa disertai dengan sikap disiplin dan tanggung jawab. Santri perlu diajarkan untuk selalu disiplin dalam belajar dan menjalankan kewajibannya, serta selalu bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan.
Keempat, Mendorong santri untuk berpikir kritis: Santri perlu diajarkan untuk berpikir kritis dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak berkualitas. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajarkan santri untuk selalu mengecek kebenaran informasi yang mereka terima, serta mendorong santri untuk terus mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka.
Kelima, Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif: Santri akan lebih mudah untuk membangun budaya ilmu jika mereka berada dalam lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan belajar yang kondusif dapat diciptakan dengan menyediakan fasilitas belajar yang memadai, memberikan dukungan dan bimbingan yang tepat.
Budaya Membaca di PM Muhammadiyah Darul Arqam
Budaya mebaca harusnya sudah begitu melekat dalam diri seorang santri, karena ia dituntut untuk memiliki wawasan pengetahuan yang luas sehingga dapat mengaitkan teks buku dengan konsteks yang terjadi saat ini.
Di Pondok Modern Muhammadiyah Darul Arqam Patean Kendal, para santri dibiasakan membaca dan menuliskan gagasan pengetahuannya. Perpustakaan terbuka 24 jam, di Perpustakaan disediakan banyak buku, yang harapannya menjadikan wawasan santri semakin luas dan mendalam. Selain itu para santri sering kali mendapatkan motivasi untuk menyisihkan sebagian uang sakunya untuk membeli buku, hal itu bertujuan untuk berinvestasi terhadap masa depan santri itu sendiri.
Dalam sebuah data dikatakan bahwa peringkat membaca masyarakat Indonesia berada di tataran ke-65 dan jauh tertinggal dari negara-negara tetangganya seperti Malaysia dan Singapura. Apabila dibandingkan dengan keduanya, maka Indonesialah yang sudah sangat jauh tertinggal.
Prof Dr. KH. Hamid Fahmy Zarkasyi mengatakan, “Orang membeli buku harga 100 rb itu terasa mahal. Tapi kalau nongkrong di cafe dan menghabiskan 200 rb, itu dianggap murah. Artinya orientasi perut lebih besar daripada otak.”
Islam sangat mendorong umatnya untuk gemar membaca. Ayat pertama yang diturunkan dalam Al Qur’an adalah Iqra’ (perintah membaca). Masih banyak lagi ayat-ayat yang memerintahkan kepada ulil albab (orang berakal) agar menggunakan akalnya dalam memahami keberadaan Allah SWT.
Sudah saatnya santri memiliki kemampuan yang memadahi dalam segala bidang keilmuan. Karena keberadaannya diharapkan bisa menjdi pribadi yang kreatif, kritis dan inovatif. Sehingga ia dapat berperan dalam kehidupan masyarakat. Dan semua itu sulit terjadi jika ia tidak memiliki kecintaan terhadap ilmu dan kemauan untuk membaca.